Senin, 19 Oktober 2015

Pengertian dan Kebutuhan Peserta Didik


Pengertian Peserta Didik dan Kebutuhan Peserta Didik

BAB II

PEMBAHASAN
Pengertian Peserta Didik
Dalam perspektif pedagogis, manusia diartikan sebagai sejenis makhluk (homo educantum) makhluk yang harus dididik ( Madyo Ekosusilo, 1993: 20 ). Menurut aspek ini manusia di kategorikan sebagai ‘’ animal educabile ‘’. peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat laten, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengatualisasikannya agar ia dapat menjadi manusia susila yang cakap.
Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing( Madyo Ekosusilo, 1993: 20 ).. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titk optimal kemampuan fitrahnya.
Dalam perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.”


Berdasarkan beberapa definisi tentang peserta didik yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik individu yang memiliki sejumlah karakteristik, diantaranya:

1) Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga ia meruoakan insan yang unik.
2) Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang. Artinya peserta didik tengah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar, baik yang ditujukan kepada diri sendiri maupun yang diarahykan pada penyesuaian dengan lingkungannya.
3) Peserta didik adalah individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
4) Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri
Peserta didik juga dikenal dengan istilah lain seperi Siswa, Mahasiswa, Warga Belajar, Palajar, Murid serta Santri.
· Siswa adalah istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
· Mahasiswa adalah istilah umum bagi peserta didik pada jenjang pendidikan perguruan tinggi
· Warga Belajar adalah istilah bagi peserta didik nonformal seperti Pusat Kegiatan
· Belajar Masyarakat (PKBM)
· Pelajar adalah istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti
pendidikan formal tingkat menengah maupun tingkat atas
· Murid memiliki definisi yang hampir sama dengan pelajar dan siswa.
· Santri adalah istilah bagi peserta didik pada jalur pendidikan non formal, khususnya pesantren atau sekolah-sekolah yang berbasiskan agama islam.
Pendidikan merupakan bantuan bimbingan yang diberikan pendidik terhadap peserta didik menuju kedewasaannya. Sejauh dan sebesar apapun bantuan itu diberikan sangat berpengaruh oleh pandangan pendidik terhadap kemungkinan peserta didik utuk di didik.
Sesuai dengan fitrahnya manusia adalah makhluk berbudaya, yang mana manusia dilahirkan dalam keadaan yang tidak mengetahui apa-apa dan ia mempunyai kesiapan untuk menjadi baik atau buruk.
2.2 Kebutuhan Peserta Didik
Tingkah laku individu merupakan perwujudan dari dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan ini merupakan inti kodrat manusia. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kegiatan sekolah pada prinsipnya juga merupakan manifestasi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu tersebut. Oleh sebab itu, seorang guru perlu mengenal dan memahami tingkat kebutuhan peserta didiknya, sehingga dapat membantu dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka melalui berbagai aktivitas kependidikan, termasuk aktivitas pembelajaran. Di samping itu, dengan mengenal kebutuhan-kebutuhan peserta didik, guru dapat memberikan pelajaran setepat mungkin, sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya.
Berikut ini disebutkan beberapa kebutuhan peserta didik yang perlu mendapat perhatian dari guru, di antaranya:
1. Kebutuhan Jasmani
Sesuai dengan teori kebutuhan menurut Maslow, kebutuhan jasmaniah merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang bersifat instinktif dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan. Kebutuhan-kebutuhan jasmaniah peserta didik yang perlu mendapat perhatian dari guru di sekolah antara lain: makan, minum, pakaian, oksigen, istirahat, kesehatan jasmani, gerak-gerak jasmani, serta terhindar dari berbagai ancaman. Apabila kebutuhan jasmaniah ini tidak terpenuhi, di samping mempengaruhi pembentukan pribadi dan perkembangn psikososial peserta didik, juga akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di sekolah.
2. Kebutuhan Rohaniah
Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan siswa yang bersifat rohaniah
3. Kebutuhan Sosial
Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul sesasama peserta didik dan Pendidik serta orang lain. Dalam halini sekolah harus dipandang sebagai lembagatempat para siswa belajar, beradaptasi, bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku bangsa, agama, status sosial dan kecakapan.
4. Kebutuhan Intelektual
Setiap siswa tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan. Dan peserta didik memiliki minat serta kecakapanyang berbeda beda. Untuk mengembangkannya bisa ciptakan pelajaran-pelajaran ekstra kurikuler yang dapat dipilih oleh siswa dalam rangkan mengembangkan kemampuan intelektual yang dimilikinya.

2.3 Peserta Didik Sebagai Subjek Belajar
Peserta didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Didalam proses belajar-mengajar, peserta didik sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita dan memiliki tujuan dan kemudia ingin mencapainya secara optimal. Jadi dalam proses belajar mengajaryang perlu diperhatikan pertama kali adalah peserta didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-komponenyang lain. Apa bahan yang diperlukan, bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat dan fasilitas apa yang cocok dan mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan ataukarakteristikpeserta didik. Itulah sebabnya peserta didik merupakan subjek belajar. Ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh peserta didik sebagai subjek belajar yaitu :
1. Mememahami dan menerima keadaan jasmani
2. Memperoleh hubungan yang memuaskan dengan teman-teman sebayanya.
3. Mencapai hubungan yang lebih “matang” dengan orang dewasa
4. Mencapai kematangan Emosional
5. Menujukepada keadaan berdiri sendiri dalam lapangan finansial.
6. Mencapai kematangan intelektual
7. Membentuk pandangan hidup
8. Mempersiapkan diri untuk mendirikan rumah tangga sendiri.
2.5 Pengembangan Individu Peserta Didik
Tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya adalah ingin menciptakan “Manusia Seutuhnya” maksudnya yaitu manusia yang lengkap, selaras, serasi dan seimbang perkembangan semua segi kepribadiannya. Manusia seutuhnya adalah individu-individu yang mampu menjangkau segenap hubungan dengan tuhan, dengan lingkungan atau alam sekeliling, dengan manusia lain dalam suatu kehidupan sosial yang kontruktif dan dengan dirinya sendiri. Individu-individu yang demikian pada dirinya terdapat suatu kepribadian terpadu baik undur akal pikiran, perasaan, moral dan keterampilan (cipta, rasa dan karsa), jasmani maupun rohani yang berkembang secara penuh.
Didalam Madyo Ekosusilo, (1933:16) Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik :
· Aliran Natifisme
Aliran ini dipelopori oleh Arthur Schopenhour dari Jerman (1788-1860). Secara etimologi nativis berasal dari kata nativus yang berarti pembawaan. Perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh faktor bawaan dan keturunan. Contohnya : wajah dan perilaku seseorang akan berkembang sesuai dengan wajah dan perilaku orang tuanya.
· Aliran Empirisme
Aliran ini dipelopori oleh John Locke (1632-1704) dari Inggris dengan teorinya “Tabula Rasa”. Perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh faktor pengalaman yang diperoleh dari pendidikan. Teori ini dikenal dengan tabula rasa, teori ini berbanding tebalik dengan teori nativisme.
· Aliran Konvergensi
William Stren, (1871-1938), Perkembangan individu dipengaruhi baik oleh dan hasil perpaduan antara faktor bakat dan faktor alam sekitar (lingkungan). Faktor pembawaan atau potensi yang dimiliki sejak lahir dapat berkembang apabila diberi rangsangan dari luar yaitu berupa pendidikan.
2.6 Karakteristik Peserta Didik
Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti tabiat watak, pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap (Pius Partanto, Dahlan, 1994)
Karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan.(Moh. Uzer Usman,1989)
Siswa atau anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan pendidikan
Anak didik adalah unsur penting dalam kegiatan interaksi edukatif karena sebagai pokok persoalan dalam semua aktifitas pembelajaran (Saiful Bahri Djamarah, 2000)
Karakateristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya (Sudirman,1990)
Karakteristik peserta didik adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki (Hamzah. B Uno.2007)
Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Karakteristik peserta didik adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada peserta didik sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-cintanya. Dengan demikian, penentuan tujuan belajar itu sebenarnya harus dikaitkan atau disesuaikan dengan keadaan atau karakteristik peserta didik itu sendiri.
Ada tiga hal hal yang perlu diperhatikan dalam karakteristik peserta didik yaitu :
1. Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal atau Prerequisite skills, seperti misalnya kemampuan intelektual, kemampuan berfikir,mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor dan lainnya.
2. Karakteristik yang berhungan dengan latar belakang dan status sosial (socioculture)
3. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat dan lain-lain.
Pengetahuan mengenai karakteristik peserta didik ini memiliki arti yang cukup penting dalam interaksi belajar mengajar. Terutama bagi guru, informasi mengenai karakteristik peserta didik senantiasa akan sangat berguna dalam memilih dan menentukan pola-pola pengajaranyang lebih baik,yang dapat menjamin kemudahan belajarbagi setiap peserta didik.
Adapun klasifikasi karakteristik peserta didik yang mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik antara lain:

a) Gaya belajar
Banyak ahli yang menggunakan istilah berbeda-beda dalam memahami gaya belajar ini. Tetapi secara umum, menurut Bobby DePotter terdapat dua benang merah yang disepakati tentang gaya belajar ini. Pertama adalah cara seseorang menyerap informasi dengan mudah, yang disebut sebagai modalitas, dan kedua adalah cara orang mengolah dan mengatur informasi tersebut. Modalitas belajar adalah cara kita menyerap informasi melalui indera yang kita miliki. Masing-masing orang mempunyai kecenderungan berbeda-beda dalam menyerap informasi. Terdapat tiga modalitas belajar ini, yaitu apa yang sering disingkat dengan VAK: Visual, Auditory, Kinestethic.
o Visual
Modalitas ini menyerap citra terkait dengan visual, warna, gambar, peta, diagram. Model pembelajar visual menyerap informasi dan belajar dari apa yang dilihat oleh mata. Beberapa ciri dari pembelajar visual di antaranya adalah:
1. Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar.
2. Suka mencoret-coret sesuatu, yang terkadang tanpa ada artinya saat di dalam kelas
3. Pembaca cepat dan tekun
4. Lebih suka membaca daripada dibacakan
5. Rapi dan teratur
o Auditory
Model pembelajar auditory adalah model di mana seseorang lebih cepat menyerap informasi melalui apa yang ia dengarkan. Penjelasan tertulis akan lebih mudah ditangkap oleh para pembelajar auditory ini. Ciri-ciri orang-orang auditorial, di antaranya adalah:
1. Lebih cepat menyerap dengan mendengarkan
2. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
3. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
4. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara.
5. Bagus dalam berbicara dan bercerita
o Kinestetik
Model pembelajar kinestetik adalah pembelajar yang menyerap informasi melalui berbagai gerakan fisik. Ciri-ciri pembelajar kinestetik, di antaranya adalah:
1. Selalu berorientasi fisik dan banyak bergerak
2. Berbicara dengan perlahan
3. Menanggapi perhatian fisik
4. Suka menggunakan berbagai peralatan dan media
5. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka
b) Kondidi fisik
o Pada masa kanak-kanak
Pada masa ini anak ditandai denga hilangnya ciri –perut yang menonjol,seperti halnya kaki yang berkembang lebih cepat dari pada kepala. Pada mas perkembngan motorikanak semakin lebih halus 0-7 tahun
o Pada masa pra remaja
Pada masa ini (SD) perkembangan fisik anak lebih lambat dari pada mereka memasuki maa kanak-kanak ( perubahan relative sedikit ) 07-15 tahun
o Pada masa remaja
Pada masa ini disebur pubertas yang mana perubahan fisik yang mebuat organisme secara matang mampu berproduksi. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang matang lebih awal mempunyai rasa cemas, lebih suka marah, sering konflik dengan orang tua dan mempunyai harga diri yang lebih rendah dari pada anak yang masuk pubertas akhir.
c) Usia ( tahap perkembangan kognitif piaget )
o 0-2 tahun disebut dengan sensori motorik. Kemampuan : belum memiliki konsep permanensi obyek(akecakapan psikis untuk mengerti bahwa suatu objek masih tetap ada walaupun pada suatu waktu tidak terlihat )
o 2-7 tahun disebut dengan Pra-operasional. Kemampuan : perkembangan kemampuan menggunakan symbol-simbol yang menggambarkan objek-objek yang ada disekitarnya. Berfifkirnya masih ego sentris dan berpusat.
o 7-11 tahun disebut dengan operasional konkrit. Kemampuan : mampu berpikir logis mampu memperhatikan lebih dari satu aspek. Bisa menghubungkan dengan aspek yang lain. Kurang egosentris, belum mampu berfikir abstrak.
o 11- dewasa disebut dengan operasional formal. Kemampuan mampu berfikir abstrak dan dapat menganilis masalah secara ilmiah dan kemudian menyelesaikan masalah

d) Tingkat kematangan
e) Ruang lingkup minat dan bakat
f) Lingkungan sosial ekonomi dan budaya
g) Faktor emosional
h) Faktor komunikasi
i) Intelegensia
j) Keselaran dan attitude
k) Prestasi belajar
l) Latar belakang pengetahuan dan taraf pengetahuan
m) Motivasi dan lain-lain
2.7. Manfaat Analisis Karakteristik Siswa
a. Guru dapat memperoleh tentang kemampuan awal siswa sebagai landasan dalam memberikan materi baru dan lanjutan
b. Guru dapat mengatahui tentang luas dan jenis pengalaman belajar siswa, hal ini berpengaruh terhadap daya serap siswa terhadap materi baru yang akan disampaikan
c. Guru dapat mengetahui latar belakang sosial dan keluarga siswa. Meliputi tingkat pendidikan orang tua, sosial ekonomi, emosional dan mental sehingga guru dapat menajjikan bahan serta metode lebih serasi dan efisien


Emosi dan Perilaku













BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Remaja berada pada periode yang banyak mengalami masalah pertumbuhan dan perkembangan khususnya menyangkut dengan penyesuaian diri terhadap tuntutan lingkungan dan masyarakat serta orang dewasa. Kematangan hormon seks yang ditandai dengan datangnya menstruasi bagi remaja putri dan keluarnya mani melalui mimpi basah pada remaja putra dapat menimbulkan kebingungan dan perasaan cemas, khususnya apabila mereka belum disiapkan untuk menyikapi peristiwa tersebut secara positif. Begitu juga perubahan yang dialami tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan dan hubungan sosial remaja. Para remaja mulai tertarik pada lawan jenis, ketertarikan ini disatu sisi dapat menimbulkan konflik dalam diri mereka karena muncul perasaan malu, kurang percaya diri, dan kebingungan dalam penyesuaian diri agar bertingkah laku seperti diinginkan orang dewasa.
Kecenderungan tingginya gejolak emosi remaja perlu dipahami oleh pendidik, khususnya orang tua dan guru. Untuk itu perlu dihindari hal-hal yang dapat menimbulkan emosi negatif seperti marah, kecewa, sedih yang mendalam, frustasi, cemas, dan lain-lain.selain itu masalah perilaku juga perlu dibahas. Sebagai manusia yang telah dikaruniai otak adan alat indera, sebaiknya kita dapat mempelajari apa saja yang dilakukan dengan manusia melalui perilaunya.
Dengan mempelajari emosi dan perilaku kita sebagai seorang pendidik dapat mengenali emosi diri sendiri, sehingga dapat meningkatkan emosi positif dalam diri sendiri dan peserta didik, dan meminimalkan atau mengendalikan emosi-emosi anak didik yang perlu dikembangkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa  yang dimaksud dengan emosi dan perilaku?
2. Apa saja jenis emosi dan domain perilaku?
3. Apa saja faktor yang timbulnya emosi?
4. Bagaimana upaya orang tua dan guru dalam mengembangkan emosi remaja?









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Emosi dan Perilaku
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa emosi adalah suatu keadaan kejiwaan yang mewarnai tingkah laku. Emosi juga diartikan sebagai suatu reaksi psikologis dalam bentuk tingkah laku gembira, bahagia, sedih, berani, takut, marah, muak, haru, cinta, dan sejenisnya. Biasanya emosi muncul dalam bentuk luapan perasaan dan surut dalam waktu yang singkat. Hathersall (1985) merumuskan pengertian emosi sebagai suatu psikologis yang merupakan pengalaman subyektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh. Misalnya seorang remaja yang sedang marah memperlihatkan muka merah, wajah seram, dan postur tubuh menegang, bertingkah laku menendang atau menyerang, serta jantung berdenyut cepat. English and English (Syamsu Yusuf, 2003) menyebut emosi ini sebagai “A complex feeling state accompanied by characteristic motor and grandular activities”. Sedangkan menurut William James (dalam DR. Nyayu Khodijah) mendefinisikan emosi sebagai keadaan budi rohani yang menampakkan dirinya dengan suatu perubahan yang jelas pada tubuh.
Dari pengertian emosi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa emosi merupakan reaksi psikologi seseorang dalam bertindak atau melakukan suatu tindakan, misalnya menangis, marah, benci, takut, sedih, haru, cinta, muak, bahagia dan lain-lain.
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari amnusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, dan sebagaunya.dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,2003). Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.

B.     Jenis Emosi dan Domain Perilaku

Crider dan kawan-kawan (1983) mengemukakan dua jenis emosi, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif (emosi yang menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan positif pada orang yang mengalaminya, diataranya adalah cinta, sayang, senang, gembira, kagum dan sebagainya. Emosi negatif (emosi yang tidak menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya, diantaranya adalah sedih, marah, benci, takut dan sebagainya. Emosi positif adalah emosi yang harus dipupuk dan dikembangkan, sedangkan emosi negatif hendaklah diminimalkan atau dikendalikan sehingga ekspresinya tidak meledak-ledak.
            Selanjutnya tentang domain perilaku. Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003) membagi perilaku itu dalam tiga domain (ranah atau kawasan) meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut yang terdiri dari ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Dalam perkembangan selanjutnya untuk mengukur hasil ketiga domain itu diukur dari:
1. Pengetahuan adalah hasil dari tahu. Ini terjadi setelah sesorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang:
a. faktor internal, misalnya intelegensi, minat, kondisi fisik.
b. faktor internal, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.
c.faktor pendekatan belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran.
2.  Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok:
       a. kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek.
       b. kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
       c. kecenderungan untuk bertindak.
3. Praktik  atau tindakan adalah suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikpa menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan. Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan: persepsi, respon terpimpin,dan mekanisme.
4. Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Menurut Roger (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebur terjadi proses baru yakni: kesadaran dan  tertarik.[1]


C.     Faktor Timbulnya Emosi
1.      Faktor Internal
Umumnya emosi seseorang muncul berkaitan erat dengan apa yang dirasakan seseorang secara individu. Mereka merasa tidak puas, benci terhadap diri sendiri dan tidak bahagia. Adapun gangguan emosi yang mereka alami antara lain adalah:
a.    Merasa tidak terpenuhi kebutuhan fisik mereka secara layak sehingga timbul ketidakpuasan, kecemasan dan kebencian terhadap apa yang mereka alami.
b.   Merasa dibenci, disia-siakan, tidak mengerti dan tidak diterima oleh siapapun termasuk orang tua mereka.
c.    Merasa lebih banyak dirintangi, dibantah, dihina serta dipatahkan dari pada disokong, disayangi dan ditanggapi, khususnya ide-ide mereka.
d.   Merasa tidak mampu atau bodoh.
e.    Merasa tidak menyenangi kehidupan keluarga mereka yang tidak harmonis seperti sering bertengkar, kasar, pemarah, cerewet dan bercerai.
f.    Merasa menderita karena iri terhadap saudara karena disikapi dan dibedakan secara tidak adil.
2.      Faktor eksternal
Menurut Hurlock (1980) dan Cole (1963) faktor yang mempengaruhi emosi negatif adalah berikut ini.
a.    Orang tua atau guru memperlakukan mereka seperti anak kecil yang membuat harga diri mereka dilecehkan.
b.   Apabila dirintangi, anak membina keakraban dengan lawan jenis.
c.    Terlalu banyak dirintangi dari pada disokong, misalnya mereka lebih banyak disalahkan, dikritik oleh orang tua atau guru, akan cenderung menjadi marah dan mengekspresikannya dengan cara menentang keinginan orang tua, mencaci maki guru, atau masuk geng dan bertindak merusak (destruktif).
d.   Disikapi secara tidak adil oleh orang tua, misalnya dengan cara membandingkan dengan saudaranya yang lebih berprestasi dan lainnya.
e.    Merasa kebutuhan tidak dipenuhi oleh orang tua padahal orang tua mampu.
f.    Merasa disikapi secara otoriter, seperti dituntut untuk patuh, banyak dicela, dihukum dan dihina.

D.    Upaya Orang Tua dan Guru Mengembangkan Emosi Remaja
Emosi negatif pada dasarnya dapat diredam sehingga tidak menimbulkan efek negative. Beberapa cara untuk meredam emosi adalah berikut ini.
1.      Berpikir positif dalam arti mencoba melihat peristiwa atau kejadian dari sisi positifnya.
2.      Mencoba belajar memahami karakteristik orang lain. Memahami bahwa orang lain memang berbeda dan tidak dapat memaksakan orang lain berbuat sesuai dengan keinginan sendiri.
3.      Mencoba menghargai pendapat dan kelebihan orang lain. Mereka mendengarkan apa yang dikemukakan orang lain dan mengakui kelebihan orang lain.
4.      Introspeksi dan mencoba melihat apabila kejadian yang sama terjadi pada diri sendiri; mereka dapat merasakannya.
5.      Bersabar dan menjadi pemaaf. Menghadapi sesuatu dengan sabar dan kalu orang lain bertindak tidak sesuai dengan keadaan yang diinginkan, mereka akan berusaha memaafkannya.
6.      Alih perhatian, yaitu mencoba mengalihkan perhatian pada objek lain dari objek yang pada mulanya memicu permunculan emosi negatif.
Oleh sebab itu, untuk membantu mengembangkan emosi positif dalam diri siswa/anak, baik orang tua maupun guru hendaknya melaksanakan hal-hal sebagai berikut.
1.      Orang tua dan guru serta orang dewasa lainnya dalam lingkungan anak (significant person) hendaknya dapat menjadi model dalam mengekspresikan emosi-emosi negatif, sehingga tampilannya tidak meledak-ledak.
2.      Adanya program latihan beremosi baik di sekolah maupun dalam keluarga, misalnya dalam merespon dan menyikapi sesuatu yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.
3.      Mempelajari dan mendiskusikan secara mendalam kondisi-kondisi yang cenderung menimbulkan emosi negatif, dan upaya-upaya menanggapinya secara lebih baik.





















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Emosi merupakan reaksi psikologi seseorang dalam bertindak atau melakukan suatu tindakan, misalnya menangis, marah, benci, takut, sedih, haru, cinta, muak, bahagia dan lain-lain. Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari amnusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, dan sebagaunya.dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (notoatmodjo,2003).
Jenis emosi, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Menurut bloom, seperti dikutip notoatmodjo (2003) membagi perilaku itu dalam tiga domain (ranah atau kawasan) meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut yang terdiri dari ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Faktor timbulnya emosi yaitu internal dan eksternal.