Pengertian Peserta Didik dan Kebutuhan Peserta Didik
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Peserta Didik
Dalam
perspektif pedagogis, manusia diartikan sebagai sejenis makhluk (homo
educantum) makhluk yang harus dididik ( Madyo Ekosusilo, 1993: 20 ).
Menurut aspek ini manusia di kategorikan sebagai ‘’ animal educabile ‘’.
peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat
laten, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengatualisasikannya agar
ia dapat menjadi manusia susila yang cakap.
Dalam
perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya
masing-masing( Madyo Ekosusilo, 1993: 20 ).. Sebagai individu yang tengah
tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang
konsisten menuju ke arah titk optimal kemampuan fitrahnya.
Dalam
perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1
ayat 4, peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.”
Berdasarkan
beberapa definisi tentang peserta didik yang disebutkan di atas dapat
disimpulkan bahwa peserta didik individu yang memiliki sejumlah karakteristik,
diantaranya:
1) Peserta
didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas,
sehingga ia meruoakan insan yang unik.
2) Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang.
Artinya peserta didik tengah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara
wajar, baik yang ditujukan kepada diri sendiri maupun yang diarahykan pada
penyesuaian dengan lingkungannya.
3) Peserta
didik adalah individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi.
4) Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan
untuk mandiri
Peserta didik
juga dikenal dengan istilah lain seperi Siswa, Mahasiswa, Warga Belajar,
Palajar, Murid serta Santri.
· Siswa adalah istilah bagi peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
· Mahasiswa adalah istilah umum bagi peserta didik pada
jenjang pendidikan perguruan tinggi
· Warga Belajar adalah istilah bagi peserta didik nonformal
seperti Pusat Kegiatan
· Belajar Masyarakat (PKBM)
· Pelajar adalah istilah lain yang digunakan bagi peserta
didik yang mengikuti
pendidikan formal
tingkat menengah maupun tingkat atas
· Murid memiliki definisi yang hampir sama dengan pelajar
dan siswa.
· Santri adalah istilah bagi peserta didik pada jalur
pendidikan non formal, khususnya pesantren atau sekolah-sekolah yang
berbasiskan agama islam.
Pendidikan
merupakan bantuan bimbingan yang diberikan pendidik terhadap peserta didik
menuju kedewasaannya. Sejauh dan sebesar apapun bantuan itu diberikan sangat
berpengaruh oleh pandangan pendidik terhadap kemungkinan peserta didik utuk di
didik.
Sesuai
dengan fitrahnya manusia adalah makhluk berbudaya, yang mana manusia dilahirkan
dalam keadaan yang tidak mengetahui apa-apa dan ia mempunyai kesiapan untuk menjadi
baik atau buruk.
2.2 Kebutuhan Peserta Didik
Tingkah
laku individu merupakan perwujudan dari dorongan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan ini merupakan inti kodrat manusia.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kegiatan sekolah pada prinsipnya juga
merupakan manifestasi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu tersebut. Oleh
sebab itu, seorang guru perlu mengenal dan memahami tingkat kebutuhan peserta
didiknya, sehingga dapat membantu dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka
melalui berbagai aktivitas kependidikan, termasuk aktivitas pembelajaran. Di
samping itu, dengan mengenal kebutuhan-kebutuhan peserta didik, guru dapat
memberikan pelajaran setepat mungkin, sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya.
Berikut
ini disebutkan beberapa kebutuhan peserta didik yang perlu mendapat perhatian
dari guru, di antaranya:
1. Kebutuhan Jasmani
Sesuai dengan
teori kebutuhan menurut Maslow, kebutuhan jasmaniah merupakan kebutuhan dasar
setiap manusia yang bersifat instinktif dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan
dan pendidikan. Kebutuhan-kebutuhan jasmaniah peserta didik yang perlu mendapat
perhatian dari guru di sekolah antara lain: makan, minum, pakaian, oksigen,
istirahat, kesehatan jasmani, gerak-gerak jasmani, serta terhindar dari
berbagai ancaman. Apabila kebutuhan jasmaniah ini tidak terpenuhi, di samping
mempengaruhi pembentukan pribadi dan perkembangn psikososial peserta didik,
juga akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di sekolah.
2. Kebutuhan Rohaniah
Hal ini berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan siswa yang bersifat rohaniah
3. Kebutuhan Sosial
Pemenuhan
keinginan untuk saling bergaul sesasama peserta didik dan Pendidik serta orang
lain. Dalam halini sekolah harus dipandang sebagai lembagatempat para siswa
belajar, beradaptasi, bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku
bangsa, agama, status sosial dan kecakapan.
4. Kebutuhan Intelektual
Setiap siswa
tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan. Dan
peserta didik memiliki minat serta kecakapanyang berbeda beda. Untuk
mengembangkannya bisa ciptakan pelajaran-pelajaran ekstra kurikuler yang dapat
dipilih oleh siswa dalam rangkan mengembangkan kemampuan intelektual yang dimilikinya.
2.3
Peserta Didik Sebagai Subjek Belajar
Peserta
didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam
proses belajar mengajar. Didalam proses belajar-mengajar, peserta didik sebagai
pihak yang ingin meraih cita-cita dan memiliki tujuan dan kemudia ingin
mencapainya secara optimal. Jadi dalam proses belajar mengajaryang perlu
diperhatikan pertama kali adalah peserta didik, bagaimana keadaan dan
kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-komponenyang lain. Apa bahan
yang diperlukan, bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat dan fasilitas
apa yang cocok dan mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan
ataukarakteristikpeserta didik. Itulah sebabnya peserta didik merupakan subjek
belajar. Ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh peserta didik sebagai subjek
belajar yaitu :
1. Mememahami dan menerima keadaan jasmani
2. Memperoleh hubungan yang memuaskan dengan teman-teman
sebayanya.
3. Mencapai hubungan yang lebih “matang” dengan orang dewasa
4. Mencapai kematangan Emosional
5. Menujukepada keadaan berdiri sendiri dalam lapangan
finansial.
6. Mencapai kematangan intelektual
7. Membentuk pandangan hidup
8. Mempersiapkan diri untuk mendirikan rumah tangga sendiri.
2.5
Pengembangan Individu Peserta Didik
Tujuan
pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya adalah ingin
menciptakan “Manusia Seutuhnya” maksudnya yaitu manusia yang lengkap, selaras,
serasi dan seimbang perkembangan semua segi kepribadiannya. Manusia seutuhnya
adalah individu-individu yang mampu menjangkau segenap hubungan dengan tuhan,
dengan lingkungan atau alam sekeliling, dengan manusia lain dalam suatu
kehidupan sosial yang kontruktif dan dengan dirinya sendiri. Individu-individu
yang demikian pada dirinya terdapat suatu kepribadian terpadu baik undur akal
pikiran, perasaan, moral dan keterampilan (cipta, rasa dan karsa), jasmani
maupun rohani yang berkembang secara penuh.
Didalam Madyo Ekosusilo, (1933:16) Ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan peserta didik :
· Aliran Natifisme
Aliran ini
dipelopori oleh Arthur Schopenhour dari Jerman (1788-1860). Secara etimologi
nativis berasal dari kata nativus yang berarti pembawaan. Perkembangan individu
semata-mata ditentukan oleh faktor bawaan dan keturunan. Contohnya : wajah dan
perilaku seseorang akan berkembang sesuai dengan wajah dan perilaku orang
tuanya.
· Aliran Empirisme
Aliran ini
dipelopori oleh John Locke (1632-1704) dari Inggris dengan teorinya “Tabula
Rasa”. Perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh faktor pengalaman yang
diperoleh dari pendidikan. Teori ini dikenal dengan tabula rasa, teori ini
berbanding tebalik dengan teori nativisme.
· Aliran Konvergensi
William Stren,
(1871-1938), Perkembangan individu dipengaruhi baik oleh dan hasil perpaduan
antara faktor bakat dan faktor alam
sekitar (lingkungan). Faktor pembawaan atau potensi yang dimiliki sejak lahir
dapat berkembang apabila diberi rangsangan dari luar yaitu berupa pendidikan.
2.6
Karakteristik Peserta Didik
Karakteristik
berasal dari kata karakter yang berarti tabiat watak, pembawaan, atau kebiasaan
yang di miliki oleh individu yang relatif tetap (Pius Partanto, Dahlan, 1994)
Karakteristik
adalah mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang
berkembang secara teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan
mudah di perhatikan.(Moh. Uzer Usman,1989)
Siswa atau anak
didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok
orang yang menjalankan pendidikan
Anak didik adalah
unsur penting dalam kegiatan interaksi edukatif karena sebagai pokok persoalan
dalam semua aktifitas pembelajaran (Saiful Bahri Djamarah, 2000)
Karakateristik
siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa
sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola
aktivitas dalam meraih cita-citanya (Sudirman,1990)
Karakteristik
peserta didik adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri
dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan
kemampuan awal yang dimiliki (Hamzah. B Uno.2007)
Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Karakteristik peserta
didik adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada peserta didik
sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola
aktivitas dalam meraih cita-cintanya. Dengan demikian, penentuan tujuan belajar
itu sebenarnya harus dikaitkan atau disesuaikan dengan keadaan atau
karakteristik peserta didik itu sendiri.
Ada tiga hal hal
yang perlu diperhatikan dalam karakteristik peserta didik yaitu :
1. Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan
kemampuan awal atau Prerequisite skills, seperti misalnya kemampuan
intelektual, kemampuan berfikir,mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek
psikomotor dan lainnya.
2. Karakteristik yang berhungan dengan latar belakang dan
status sosial (socioculture)
3. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan
kepribadian seperti sikap, perasaan, minat dan lain-lain.
Pengetahuan
mengenai karakteristik peserta didik ini memiliki arti yang cukup penting dalam
interaksi belajar mengajar. Terutama bagi guru, informasi mengenai
karakteristik peserta didik senantiasa akan sangat berguna dalam memilih dan
menentukan pola-pola pengajaranyang lebih baik,yang dapat menjamin kemudahan
belajarbagi setiap peserta didik.
Adapun
klasifikasi karakteristik peserta didik yang mempengaruhi kegiatan belajar
peserta didik antara lain:
a) Gaya belajar
Banyak
ahli yang menggunakan istilah berbeda-beda dalam memahami gaya belajar ini.
Tetapi secara umum, menurut Bobby DePotter terdapat dua benang merah yang
disepakati tentang gaya belajar ini. Pertama adalah cara seseorang menyerap
informasi dengan mudah, yang disebut sebagai modalitas, dan kedua adalah cara
orang mengolah dan mengatur informasi tersebut. Modalitas belajar adalah cara
kita menyerap informasi melalui indera yang kita miliki. Masing-masing orang
mempunyai kecenderungan berbeda-beda dalam menyerap informasi. Terdapat tiga
modalitas belajar ini, yaitu apa yang sering disingkat dengan VAK: Visual,
Auditory, Kinestethic.
o Visual
Modalitas
ini menyerap citra terkait dengan visual, warna, gambar, peta, diagram. Model
pembelajar visual menyerap informasi dan belajar dari apa yang dilihat oleh
mata. Beberapa ciri dari pembelajar visual di antaranya adalah:
1. Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar.
2. Suka mencoret-coret sesuatu, yang terkadang tanpa ada
artinya saat di dalam kelas
3. Pembaca cepat dan tekun
4. Lebih suka membaca daripada dibacakan
5. Rapi dan teratur
o Auditory
Model
pembelajar auditory adalah model di mana seseorang lebih cepat menyerap
informasi melalui apa yang ia dengarkan. Penjelasan tertulis akan lebih mudah
ditangkap oleh para pembelajar auditory ini. Ciri-ciri orang-orang
auditorial, di antaranya adalah:
1. Lebih cepat menyerap dengan mendengarkan
2. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku
ketika membaca
3. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
4. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan
warna suara.
5. Bagus dalam berbicara dan bercerita
o Kinestetik
Model
pembelajar kinestetik adalah pembelajar yang menyerap informasi melalui
berbagai gerakan fisik. Ciri-ciri pembelajar kinestetik, di antaranya adalah:
1. Selalu berorientasi fisik dan banyak bergerak
2. Berbicara dengan perlahan
3. Menanggapi perhatian fisik
4. Suka menggunakan berbagai peralatan dan media
5. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka
b) Kondidi fisik
o Pada masa kanak-kanak
Pada masa ini
anak ditandai denga hilangnya ciri –perut yang menonjol,seperti halnya kaki
yang berkembang lebih cepat dari pada kepala. Pada mas perkembngan motorikanak
semakin lebih halus 0-7 tahun
o Pada masa pra remaja
Pada masa ini
(SD) perkembangan fisik anak lebih lambat dari pada mereka memasuki maa
kanak-kanak ( perubahan relative sedikit ) 07-15 tahun
o Pada masa remaja
Pada masa ini
disebur pubertas yang mana perubahan fisik yang mebuat organisme secara matang
mampu berproduksi. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang matang lebih awal
mempunyai rasa cemas, lebih suka marah, sering konflik dengan orang tua dan
mempunyai harga diri yang lebih rendah dari pada anak yang masuk pubertas
akhir.
c) Usia ( tahap perkembangan kognitif piaget )
o 0-2 tahun disebut dengan sensori motorik. Kemampuan :
belum memiliki konsep permanensi obyek(akecakapan psikis untuk mengerti bahwa
suatu objek masih tetap ada walaupun pada suatu waktu tidak terlihat )
o 2-7 tahun disebut dengan Pra-operasional. Kemampuan :
perkembangan kemampuan menggunakan symbol-simbol yang menggambarkan objek-objek
yang ada disekitarnya. Berfifkirnya masih ego sentris dan berpusat.
o 7-11 tahun disebut dengan operasional konkrit. Kemampuan
: mampu berpikir logis mampu memperhatikan lebih dari satu aspek. Bisa
menghubungkan dengan aspek yang lain. Kurang egosentris, belum mampu berfikir
abstrak.
o 11- dewasa disebut dengan operasional formal. Kemampuan
mampu berfikir abstrak dan dapat menganilis masalah secara ilmiah dan kemudian
menyelesaikan masalah
d) Tingkat kematangan
e) Ruang lingkup minat dan bakat
f) Lingkungan sosial
ekonomi dan budaya
g) Faktor emosional
h) Faktor komunikasi
i) Intelegensia
j) Keselaran dan
attitude
k) Prestasi belajar
l) Latar belakang
pengetahuan dan taraf pengetahuan
m) Motivasi dan
lain-lain
2.7. Manfaat Analisis Karakteristik
Siswa
a. Guru dapat memperoleh tentang kemampuan awal siswa
sebagai landasan dalam memberikan materi baru dan lanjutan
b. Guru dapat mengatahui tentang luas dan jenis pengalaman
belajar siswa, hal ini berpengaruh terhadap daya serap siswa terhadap materi
baru yang akan disampaikan
c. Guru dapat mengetahui latar belakang sosial dan keluarga
siswa. Meliputi tingkat pendidikan orang tua, sosial ekonomi, emosional dan
mental sehingga guru dapat menajjikan bahan serta metode lebih serasi dan
efisien
Tidak ada komentar:
Posting Komentar